Kamis, 15 Maret 2012

Naskah Drama

GEMURUH DI NEGERI KALDERA Seorang penari (latar siluet) sedang menarikan kisah pilu. (Iringan tembang ‘pangkur’) Babak 1 ……………… Setting sebuah ruangan dengan cahaya lentera kecil di atas meja kecil. Sebuah ruangan tempat meetingnya para anggota partai ‘KELINGKING’ itu sedang dipenuhi para aktivis partai yang terlihat sangat loyal. Mereka duduk bersila membentuk setengah lingkaran dengan pusat seorang orator perempuan berbaju kumal dan bersepatu both tinggi bekas di kakinya. Ia sedang berorasi dengan sangat menggebu-gebu. Orator Perempuan :”Saudara-saudara! Sudah puluhan tahun bahkan mulai nenek moyang kita…. Kita semua dianggap rendahan. Manusia dibalik terpal bocor yang tidur numpang pondasi pagar para bangsawan. Kita miskin! (Semua yang diruangan menunduk sedih bahkan ada yang menjambak rambutnya sendiri). Orator Perempuan : “Tapi kita terlihat sangat cekatan…(Tangannya mengepal di depan muka seorang aktivis laki-laki). Kita terlihat romantis dengan air-air comberan, dengan sampah-sampah di dalam tong besar. Bahkan para nelayan dan petani semuanya mendukung kita.” (Wajah para aktivis berubah tersenyum). Pedagang sayur : “Sayuranku ditunggu para pembokat di rumah real estate itu. (Tertawa ganjen) Pemulung : “Sampah mereka bersih aku punguti. Bahkan belatungnya nyaris pergi dari selokan mereka.” Petani : “Tanpa aku, mereka makan batu sepertinya (tertawa meremehkan). Sebagian aktivis : “KITA SEMUA PALING BERJASA…!”(Berdiri ke tengah panggung) Pemulung : Setuju! Petani : “ya Setuju!” Orator Perempuan : “Tunggu!” (Menahan luapan kegembiraan anggota partai) Semua aktivis : (Ekspresi tidak mengerti) Orator Perempuan : “Kalian terlalu terburu-buru…kalian terlalu bangga pada kemiskinan kalian. Ingat… kita tetap rendah. Mayoritas tapi statis!” Petani : “Kita kan mayoritas. Dimana-mana pasti paling besar peranannya.” Orator Perempuan : “Kalian terlalu bangga pada kemiskinan kalian. Bahkan kalian bangga sekali ditindas penguasa negeri sebrang .” Pedagang Sayur ; (Tidak mengerti)” Oh ya? Benarkah kami dijajah?” Orator perempuan : “Kau di jajah, nyonya tukang sayur. Sayuranmu dibeli mereka untuk makan anjing-anjing kelaparan di rumahnya. Sementara mereka majikannya makan buah dan sayur yang segar kena AC Super market. Mereka lebih percaya bau AC yang nonorganik itu daripada bau ulat buah-buahan di keranjangmu itu.” Pedagang Sayur : (Menunduk sedih) Petani : “Tapi aku menanam padi untuk mereka!”(Bangga) Orator Perempuan : (Mencibir)”Kau tak sadar Tuan Petani. Mereka membeli beras impor yang wangi itu dari negeri seberang. Mereka lebih menikmati kelezatan beras impor yang wangi dan lebih bulat itu disbanding berasmu yang pulen tapi warnanya begitu usang.” Pemulung : “tapi aku membantu membersihkan sampah mereka…” Orator Perempuan : “Kau makan sisa-sisa mereka. Kau dilecehkan tuan Pemulung. Kau dianggap anjing liar di luar pagar rumah mereka. (tertawamembahana). Pemulung : (kembali duduk dengan roman muka sedih) Aktivis : “Lalu apa yang harus kita perbuat?” Orator Perempuan : (Tersenyum)”Kita perlu berfikir untuk mengalahkan mereka di pesta pilihan ‘dewan pemimpin’ nanti. Ayo kita susun strategi.” Tergopoh-gopoh datang seorang lelaki berjubah hitam-hitam Lelaki : “Tolong saya nyonya.” Orator perempuan : “Hei… siapa kamu?Kamu datang tiba-tiba. Lalu minta tolong. Apa yang terjadi?” Lelaki : “Saya disiksa kaum borjuis itu! Saya ingin berlindung disini.” Orator Perempuan : “Duduklah. Bergabunglah dengan kami.” Lelaki : (Duduk bersila bergabung dengan aktivis lain) Orator Perempuan : “Kita lanjutkan rencana kita. Kita susun strategi. Kita harus tahu kelemahan Mereka. Jadi….” (Tangannya menunjuk semua aktivis) Tiba-tiba datang perempuan cantik yang seksi melenggak-lenggok tapi menor si ‘Unyil’ pelacur murahan. Pemulung : “hei…! Kau telat… manis.” (Menyapa) Unyil : “Aku dari Real Estate sebelah. Aku dengar mereka membicarakan Pesta negeri kita.” Orator Perempuan : “Ohya? Apa yang kau dengar? Kita sedang menunggu sesuatu yang penting dari mereka.” Unyil : (Dengan gaya dibuat-buat)”Aku tak mendengar banyak dari mereka. Yang kudengar hanya kata ‘miskin mereka’ dan ‘impossible’ selebihnya aku hanya mendengar suara dengkuran yang tak teratur di sampingku.” Para aktivis : “Hhhh… payah kau…!” Orator Perempuan : “Tunggu. Aku menemukan cara. Dari ucapan si Unyil, aku tahu apa yang harus kita lakukan sekarang. Kita perlu….mata-mata.” Aktivis : “Maksudmu?” Orator Perempuan : (Memandangi satu-satu para aktivis) “Diantara kalian harus ada yang pura-pura menjadi mereka. “ Pemulung : “Penyusup…ha ha ha (Terbahak). Tapi siapa?” (Ekspresi tak mengerti) Orator Perempuan : “Aku ingin satu diantara kalian.” (Aktivis saling berpandangan. Lalu saling menunjuk dan terjadilah kegaduhan luar biasa) (Kitaro Saigon Reunion) Orator Perempuan : “Stoooooopppp! “ (Semua diam) Orator perempuan : “Kalau tak ada diantara kalian…. Maka nasib kita di negeri Kaldera ini akan ‘mampus’ (Ekspresi menggorok leher). Terserah…. Kau Nyonya Pedagang, Kau… Tuan Pemulung dan tuan Petani, serta Kau Manis….kau akan tergeletak dahaga di tengah tandusnya Kaldera. Dan lama-lama kalian akan…. Mati.” Lelaki : “Tidakkkk! Aku yang akan kesana!” (Aktivis bertepuk tangan riuh) Panggung Gelap Babak 2 (Akustik lagu ) Partai ‘Jempol’ sedang berunding di sebuah ruangan mewah. Pakaian mereka glamour, make up elegant, dan para wanita memegang kipas. Orator Jempol : (Duduk di tengah hadirin dengan gaya orang borjuis)”Akhirnya kita bertemu lagi….Ciiinnn” Pengusaha : (Membetulkan dasinya)”Oh… tentu. Hari ini kita rapat sambil berpesta pora. Aku sudah membawakan makanan lezat dari negeri sebrang. Anggur yang nikmat dari Asia Timur. “ Orator Jempol :” Kita akan menjadi raja di pesta Kaldera nanti. Tentunya kita yang akan menentukan masa depan Kaldera. Siapa lagi kalau bukan kita yang terhormat ini?” (seluruh hadirin bertepuk tangan) Orator Jempol : “Tuan dan Nyonya…. Kita akan mengangkat seorang pemimpin dari kalangan kita. Tentunya yang paling kaya diantara kita… jadi… menjamin masa depan kita semua…” Wanita 1 : “Oh… tentu. Bagaimana caranya kita menentukan siapa yang paling kaya?” Orator Jempol : (Tersenyum)”Gampangggg…. Kita lihat saja siapa yang bisa menawar paling tinggi kotak perhiasanku ini.” (Memegang sebuah kotak gold) Wanita 2 : “baiklah… kita mulai saja!” (Hadirin berdiri). Orator Jempol : “Ehm… dimulai dari Anda…. Pengusaha.” Pengusaha : (Tertawa membahana)”Aku paling tinggi…. 100 juta.” Wanita 1 : (Berfikir) “Ah… kau membuka harga terlalu rendah. Bagaimana kalau 500 Juta saja?” (Tersenyum penuh kemenangan, sementara pengusaha menggeleng tak percaya) Wanita 2 : (Penuh percaya diri berkata)”Kalian ini orang kaya macam apa? Bagaimana dengan 1 M. Itu nilai yang terlalu kecil bagiku.” Pengusaha dan Wanita 1 : (Berpaling dari wanita 2)” Ah…!” Orator Jempol : “Rupanya Anda semua pandai menawar perhiasan ini. Tapi saya pikir… tahta lebih penting dari uang yang Anda sebutkan, kan?” (Hadirin mengangguk-angguk). Orator Jempol : “Baiklah… saya akan memilih Anda tapi nanti dulu… kita pesta dulu…” Tiba-tiba datang lelaki berjubah hitam. Lelaki : “Kalau menurut kalian tahta itu penting… aku akan membayarnya 5 M.” (Semua terpana. Kaget dan geram) Orator Jempol : “Kau siapa? Berani kau memasuki kemewahan pesta kami…” Lelaki : (Tertawa membahana)”Aku orang terkaya di Kaldera ini. Apa kalian buta? Aku penguasa seluruh oase disini. Kalian minum dari oase-oaseku… menyewa setiap hari kereta-keretaku untuk mengangkut air minum kalian. Ha ha ha…” Orator jempol : (Mulai tersenyum ramah pada lelaki)”Oh… rupanya AndaTuan Milyader…Baiklah. Kita pesta dulu sebelum memilih siapa yang menduduki tahta kandidat pesta kaldera nanti.” Lelaki : “Tunggu. Sebelum mulut kita mengecap manisnya anggur, kita harus tahu dulu tantangan yang paling berat untuk kita di pesta nanti.” Orator Jempol : (Ternganga)” Aaa… apakah itu Tuan Milyader?” Lelaki : “Anda-anda ingin tahu?” (Semua hadirin) : “Tentu…” Lelaki : (Bicara agak bebisik)” Mereka… kaum mayoritas di luar akan membakar pesta Kaldera.” Semua Hadirin : “Apa?” Lelaki : “tenang…. Mereka orang-orang lemah… kita bikin mereka mabuk anggur di pesta nanti sebelum sempat menyalakan korek api..” Orator Jempol : (agak ketakutan)”Lalu apa yang harus kita lakukan?” Lelaki : “Ah… gampang kita suap mereka dengan uang saweran Anda-anda.” Pengusaha : “Berapa yang kita butuhkan?” (Sok kaya membuka dompetnya) Lelaki : (Terseyum) “Kalau perlu seluruh hartamu Tuan…Lalu Anda Nyonya-nyonya?” Wanita 1 : (Tersenyum sinis)”Aku tak bisa mengatakannya sekarang.” Lelaki : “kenapa Nyonya? Bukankah kau sudah untung berlipat dari skandal pembangunan dengan Tuan Pengusaha?” Wanita 2 : “Uang di rekeningku masih rahasia…” Lelaki : (terbahak)”Demi tahta… kau tak merelakan tumpukan emas di garasi rumahmu?” Orator Jempol : “Kita harus cari cara lagi supaya mereka tutup mulut.” Lelaki : “Betul… tapi bagimana caranya?” Pengusaha : “Kita jebloskan kandidat mereka di pesta sebagai tersangka skandal baru.” Lelaki : “Bagaimana kau tahu siapa kandidat mereka?” Orator Jempol : (Berfikir)”Sepertinya kita butuh mata-mata..” Hadirin berpandangan. Orator Jempol : “anda semua ada yang bersedia?” Pengusaha : “Tidak… aku najis bergaul dengan orang miskin macam mereka…” Wanita 1 : “menjijikkan…” Wanita 2 : “Kita sewa orang saja…” Orator jempol : “a… ide yang cemerlang. Tapi siapa? “ Lelaki : “Aku yang akan selidiki. Tapi jaminannya aku harus tangguhkan 5 M penawaranku. Itu upahku nanti.” Hadirin berfikir. Lalu mengangguk berat. Lelaki : “kalau perlu… kita habisi dia sebelum pesta.” Orator Jempol : “Bagus…. Sekarang kita saatnya berpesta pora…” Hadirin berdiri, tertawa-tawa dan meninggalkan stage. Babak 3 Pesta Kaldera Seluruh anggota partai Kelingking dan partai Jempol berkumpul di Stage. Membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Sementara itu satu kursi tahta pemimpin Kaldera di pajang di tengah-tengah stage. Orator Perempuan : “Rakyatku…. Kita akan bebas hari ini. Bebaaassss dari kungkungan pelecehan mereka.” Orator Jempol : “Saudaraku… kaum Jempol…. Kita akan tetap mengakui kemiskinan mereka. Kemelaratan yang lemah. Mana mungkin memimpin Kaldera ini? Kita tak mau kelaparan seperti riwayat buyut mereka…” Orator Perempuan : (Berbisik ke semua aktivis partainya)”Kita habisi mereka sekarang?” Aktivis Kelingking : “Ayo…” Mereka menyerang kaum Jempol. Sementara Kaum Jempol menghadang mereka dengan anggur-anggur di botol. Orator Jempol : “Minumlah dulu…. Nyonya Orator…kita akan bicarakan setelah minum…” Orator Perempuan : “Tidak… kau akan meracuniku. Aku tahu… kalian akan membunuhku.” Hadirin jempol terpana Orator Jempol : “Siapa yang mau membunuhmu manusia tak berguna? Justru kau yang berencana membakar pesta ini, kan?” Orator Perempuan : “Kau tak punya nyali…” Kedua partai saling mendorong. Sementara di depan mereka, lelaki berjubah hitam tertawa membahana Lelaki : “ha…. Ha… ha… inilah yang aku inginkan…. Aku pemenangnya…!” Semua orang tergeletak. Mati. Sementara lelaki berjubah hitam itu akan duduk di tahta Tiba-tiba datang seorang berbaju putih-putih, Tuan Kebijaksanaan Tuan Kebiujaksanaan : “Apa yang kau perbuat pada rakyat Kaldera? Tuan Provokator… kau licik.” Lelaki : “Hai….apa yang kau bicarakan? Berani kau menantangku?” Tuan Kebijaksanaan : “Tidak… aku tak menantang dan memihak siapapun. Tahukah kau… Tuan Provokator. Sebentar lagi kekeringan akan melanda Kaldera. Semua oase yang kau claim milikmu itu akan kering. Kau mau hidup dari darah serigala-serigala liar di negeri ini? Rakyat hampir mati semua.” Lelaki : “Jangan sok tahu…!” Tuan Kebijaksanaan : “Lihat saja… sebentar lagi real estate di Kaldera ini akan menjadi tempat berjualan para rakyat Kaldera. Mereka akan membentuk sebuah budaya baru yang elegan dan dinamis. Apa kau mampu menghidupkan rakyat yang mati itu? Padahal mereka asset berharga bagi Kaldera. Kau sudah membunuh jiwa mereka…” Lelaki : (Frustasi)”Jadi aka nada musim kering yang panjang?” Tuan Kebijaksanaan : “Ya…. Dan kita butuh tukang sayur, pedagang ,… kau sudah membunuh mereka…” Lelaki : (Memegang kepalanya dan mengacak-acak rambutnya) Tuan Kebijaksanaan : “Kau sudah kalah melawan hawa nafsu kekuasaan. Kau …. Kalah…!” Lelaki berlari seperti orang kesurupan. Dan Tuan Kebijaksanaan pun hampir pergi ke luar stage, tapi seluruh rakyat negeri KALDERA terbangun dari kematian merekalalu mengepalkan tangannya dan berkata serempak Seluruh Pemain : “Hidup Kebijaksanaan Hidup Pemimpin Kami! Hidup Negeri Kaldera! Seluruh pemain meninggalkan stage sambil menyanyikan lagu penutup. ############################################################### Gaudeamus igitur Juvenes dum sumus. Post jucundam juventutem Post molestam senectutem Nos habebit humus. Mari kita bersenang-senang Selagi masih muda. Setelah masa muda yang penuh keceriaan Setelah masa tua yang penuh kesukaran Tanah akan menguasai kita. Vivant et res publica et qui illam regit. Vivat nostra civitas, Maecenatum caritas Quae nos hic protegit. Hidup negaraku! Dan pemerintahannya Hidup kota kami! Dan kemurahan hati para dermawan Yang telah melindungi kami

TERSINGGUNGLAH! Plur/retknow’10

Rintik hujan sore ini seolah mewakili kata hatiku yang penuh rintik. Dari jendela bus, titik-titik air berubah menjadi kucuran hujan. Nampak kegetiran dan sepi merayapi suasana. Seluruh isi bus sepertinya diam menikmati irama hujan di luar sana. Aku di bangku bus ini juga ikut menikmati hujan di luar sana. Seirama dengan isi hatiku yang penuh rintik-rintik kekecewaan. Sore ini aku mau pulang ke rumah. Rasanya di kostan malah menambah kekecewaan makin menjadi. Sejak kejadian di kampus pagi tadi, aku begitu kecewa. Aku seperti kehilangan wibawa dihadapan teman-temanku sendiri. Masih ku ingat saat kemarin aku berusaha mencari ruangan kuliah kosong di juusan lain. Capek, lapar, haus tak pernah ku hiraukan. Setelah menemukan ruangan kosong di tepi sana, aku berdecak bahagia bersama Rega dan Heri. “Syukurlah.. minggu depan kita bisa tenang, Ndre.” Rega ikut tersenyum. “Iya, masa bisa sih kuliah diusir gara-gara bentrok jadwal.” Aku menggeleng tak mengerti. “Gue cuman leader offering. Kalau ada masalah begini sih sebenernya bukan salah kita. Nggak pa pa lah, yang penting dapat ruangan kosong ntar baru kita lapor jurusan.” “Secepatnya aja, Ndre. Ntar bentrok lagi.” Usul Heri berapi-api. “Ok. Lu ama Rega pergi ke TU jurusan, gue yang nembusin ke kajur.Gimana?” “Deal.” Sahut Rega. KAmi segera cabut untuk mengclearkan ruang kuliah itu. Siangnya, sebelum kuliah mulai kami sudah mengantongi izin jurusan. Rencananya, siang itu kami bakal laporan dosen sebelum kuliah mulai. “Buruan Bro, dosennya ntar keburu kabur.” Rega berjalan cepat mendahului kami ke ruang dosen. Belum sempat kami masuk, Pak Ilyas sudah keluar ruang dosen menenteng map kuliah. “Lho kok pada kesini. Tunggu saja di ruangan kuliah.” “RUangannya pindah, Pak.” Pak Ilyas tersenyum. “Saya sudah tahu.” Kami membeliak tak percaya. “Iya. Tadi barusan Neza memberitahu Bapak.” Aku segera menarik lengan Rega setelah minta diri dari Pak Ilyas. “Eh, tunggu, Ndre. KOk bisa ya si Neza tahu kalau kita sudah dapat ruangan?” “Tahu deh, Ga. Aku juga bingung. Dia denger dari siapa? Rega menggeleng geleng. “Nha gue inget, Ndre. Tadi dia nanya gue pas selesai ambil izin di TU. Wah gawat, keduluan kita.” Aku kecewa tapi hanya dalam hati. Aku hanya diam dan mencoba meyakinkan Rega yang ikut susah payah nyari ruangan tadi pagi, bahwa kita lebih diuntungkan karena Neza. Rega hanya diam. Kulihat ada rona kecewa di sana. Tidak hanya sampai disitu, ketika kami kuliah siang ini, aku belum selesai memilih kliping resensi yang akan ku kukumpulkan, tapi ternyata Pak Ilyas sudah mengumumkan bahwa aku harus maju ke depan menjelaskan resensi itu. Resensi yang mana? Bertambah bingung kuamati lembaran kliping yang disodorkan Pak Ilyas. Aku terbengong-bengong mengamati resensi yang semalam belum kubaca, bahkan aku belum memilihnya untuk kukumpulkan siang ini,. Ah! Dengan snagat bingung aku terpaksa membaca sekilas lalu menjelaskan ala kadarnya tentang resensi film tersebut. Tak ada aplaus, karena memang tidak menarik. Aku mendengus kesal, karena resensi yang kupelajari semalam malah masih teronggok rapi di mejaku.Ah! “Ga, lu tahu siapa yang ngumpulin resensiku tadi?” Rega tersenyum misterius. “Hanya satu orang yang ngumpulin, Ndre. Neza.” Aku membeliak. “Tapi, aku nggak merasa ngumpulin, Ga.” “Mungkin dia nyomot aja dari meja lu kali. “ Aku mengumpat marah. Rega merangkulku meninggalkan gedung untuk makan siang. “Ga, gue udah muak sama semua ini. Apa sih maksud Neza?” Rega tersenyum tipis. “Mungkin dia iri ama lu kali. Dia kan kandidat leader di offering kita.” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. “Ah, masalah itu, lagi. Bukannya semuanya tahu, aku nggak ngajuin diri. Lu tahu kan gue terpilih tanpa dicalonkan. Bukan salah gue dong. Lagian Hendra yang juga kandidiat biasa aja ama gue.” Rega mengangkat bahunya. “Mungkin juga dia pengen jadi pahlawan kali.” “Iya. Pahlawan kesiangan.” Sahutku kesal. Entah berapa kali selama semester ini, aku dibuat kecewa oleh mahluk satu itu. Neza. Si rambut panjang yang tidak ada hentinya mendahuluiku mengambil keputusan. Mulai nandatanganin persetujuan beasitswa seoffering sampai hari ini. “Lu tahu siapa yang berani tanda tangan di list pendaftar beasiswa? “ Rega menggeleng. Dia terbengong bengong melihatku memegangi kepalaku dnegan tangan yang mengepal marah. “Cewek itu lagi? Neza?” “Lu emang cerdas. Tapi nggak penting kecerdasan lu, yang penting sekarang gue mau cari Neza. Sekarang.” Kataku setengah teriak. Rega hanya ikut saja ketika ku ajak menemui Neza di ruang kesayangannya, yaitu perpustakaan. Nggak salah lagi, Neza telah berdiri diantara rak-rak buku. Wajahnya yang santai benar-benar tak merasa bersalah sama sekali. “Za, gue mau bicara. Sekarang.” Ungkapku berapi-api. Neza menatapku heran, kemudian mengikutiku duduk di meja pembaca. Wajah santainya benar-benar makin membuatku muak. “Napa Ndre?” Aku melotot ke arahnya. Rega membisiki telingaku. “Ndre, lu harus sabar, ini cewek, Ndre.” “Ehm, lu tahu, kan beasiswa itu listnya hanya boleh ditandatangani oleh ketua offering. Dan lu tahu siapa yang berhak tanda tangan disana, Za? Gue.” Neza menatapku lalu mengangguk. “Bener emang. Tapi tadi pagi list itu diminta oleh orang BAAKPSI untuk cepat diajukan. Terpaksa gue tekel.” “Za, gue bukan haus dihormati, atau haus kekuasaan, gue cuman nyesel, napa lu nggak nanya gue dulu setidaknya hanya untuk memberitahu gue bahwa lu nandatangani list itu. Masalahnya…” “Masalahnya darurat, Ndre.” “Masalahnya 25 orang yang akan mendapat beasiswa itu tanggung jawab gue. Lu tahu sebesar apa tanggung jawab itu? 25 kali diri gue, karena itu anggota kelas kita. Kalau ada masalah, gue yang akan nanggung, Za. Lu belum pernah merasakannya. Ini masalah tanggung jawab. Bukan masalah gue nggak ngasih izin lu tanda tangan. Itu aja. Lu tahu kan maksud gue?” “Sory, tapi memang kondisinya darurat.” “Gue nggak mau nyalahin orang Za sebenernya. Gue Cuma mau lu kalau ada apa-apa beritahu gue itu aja. Makasih.” Ungkapku sambil berdiri lalu meninggalkan meja. Rega menepuk bahuku. “Sobat. Lu perlu refreshing sebentar deh kayaknya. Lu izin aja deh hari Jumat. Lu pulang kek. Lu kan sebulan nggak pulang. Nyokap lu pasti kangen deh.” “Please, Ga. Gue nggak mau pulang lagi. Gue nyaman disini. “ “Sory, Ndre. Gue tahu perasaan lu lagi kacau, tentang keluarga lu yang no coment, tapi lu harus pulang minimal menikmati suasana kamar pribadi lu atau menikmati hobimu bermusik di rumah Lu.” Aku menghela nafas panjang. Iya mungkin benar kata Rega bahwa aku butuh refreshing. Rumahku memang nggak jauh, hanya satu setengah jam dari kampus, tapi itulah, aku males pulang. Ketika melihat kostan sepi karena semua sibuk di kampus, tekad itu makin kuat. Aku pulang. Rintik itu mulai berhenti, ketika aku sampai di depan gerbang rumah. Ku dorong pagar rumah lalu aku masuk ke dalamnya. Pintu depan yang tak dikunci memudahkanku masuk. Di ruang tamu, sepi. Aku melenggang menuju kamarku. Terkejut ku mendapati kamarku berubah 100% seperti bajak laut. Yaaah! Aku melihat mahluk menyebalkan Bimo adikku tiduran di karpet dekat hometheater. “he bajak laut! Lu apain kamar gue?’ “Hoe! Wah si keren udah pulang. Ini kak, pinjem kamarnya. Aku bosen di kamarku sendiri. Suasananya nggak mendukung.” Aku menggeleng geleng. Bimo memang sedang kulaih di akademi kelautan. Tapi itulah Bimo. Dia cuek. Sama seperti Neza. Cuek. Kali kalo digabungkan mereka berdua klop. Tapi aku nggak merasa bete dengan Bimo, karena dia enak diajak sharing.Secuak-cueknya Bimo masih mau izin ma akau pake kamarku. Tidak seperti… ah! Sudahlah, aku pulang untuk melupakan masalah itu. Tiga hari di rumah memang sedikit membuang perasaan stressku di kampus. Tapi itulah, aku malah kepikiran terus, tentang anak-anak offering, tentang coffe gank ku, tentang tanggung jawabku di offering, walaupun Hendra sudah kupercaya sementara menggantikanku. Siang ini aku kembali ke kampus. Bimo yang mengantarku pakai motor balapnya. Di kampus yang panas itu, Rega menyambutku dengan senyum minim di bibirnya. “Napa lu, Ga nggak seneng ya gue balik?” “Ow, seneng banget gue Ndre. Masalahnya, ini ada tugas dari HMJ untuk mengirimkan duta offreing dalam festival teater sebagi bintang tamu aja sih, Ndre. Ofering lain sudah kirim, kita belum.” Aku mengangguk. Inilah yang kutakutkan. Aku menelpon Hendra. Katanya memamng sudah ada yang akan dikirim. Tapi nunggu rapat offering. Aku segera ambil keputusan untuk rapat offering. Siang yang terik ini, ditambah dengan dead line HMJ, aku dan anak-anak offering sepakat mengirim kelompoknya Bagus yang jadi duta offering festival teater, karena kami semua tahu kelompoknya Bagus kalau ngambil judul dan tema sesuai untuk anak remaja seusia SMU yang akan ikut festival. Ketika semua lancar, siang itu nggak terasa terik lagi. Mungkin tenggorokanku yang terik, karena lama nggak terguyur air. Siang setelah rapat, aku segera cabut menyusul the coffe gank yang asyik nongkrong di dekat jurusan Desain. Ngobrol-ngobrol sebentar sama anak-anak, aku dikejutkan oleh ketua HMJ Imron Komarudin yang datang bak manusia super rese. Bagaimana tidak, dia bilang duta teaterku salah alamat. Yang dicari grup teater yang agak nyastra bukan pop. Aku langsung telpon Hendra, tapi nihil Hendra bilang begitulah pengumuman HMJ, cuman nyuruh ngirim duta teater yang sesuai ma peserta festival. KU konfirm lagi dengan Imron, katanya pengumuman berubah tadi pagi,. Aku hampir memaki-maki Imron kalau saja Imron nggak bilang bahwa pengumuman udah dikonfirm ke Neza tadi pagi. Aku hampir meledakkan emosiku, tapi segera kutahan sekuat mungkin. Rapat yang clear, siang yang terik itu nggak berguna. Aku harus bilang apa sama kelompoknya Bagus yang sekarang lagi nyewa ruang drama untuk latihan? Apa kata anak-anak offering? Ah! “Im, lu mending ikut gue ke lab Drama jelasin ma Bagus the gank tentang pengumuman baru lu itu.” Imron yang hampir menolak itu tak bisa berkata apa-apa saat mataku melotot nggak berkedip. Rega menyusulku dengan muka bingung campur khawatir. Aku langsung minta Imron jelasin ke Bagus n the gank yang sedang latihan di lab drama tentang keputusan baru HMj itu. Aku tahu ada rona kecewa di wajah mereka. Tapi mereka menguatkan aku dengan berkata bahwa bukan salahku semuanya. Karena mereka yang termasuk pengurus offering aja nggak tahu. Nggak bisa ditolerir lagi, aku langsung ngumumin rapat pleno siang ini juga. Termasuk Neza yang akan kumintai pertanggungjawaban atas kelalaiannya memberitahukan pengumuman. “Sorry, Bro. Pengumuman dari HMJ beruvah. Kita salah lamat ngirim duta teater. Gue minta tolong lu semua sepakat milih kelompok teater yang nyastraan dikitlah. Gue punya usul sih kelompok Reza atau kelompok Hanif.” Anak-anak seoffering masih saling melobi kayak anggota dewan. Sementara itu mataku celingukan mencari sosok Neza yang menurutku suah keterlaluan. Kalau hanya perasaanku yang diabaikan nggak masalah seriuslah! Ini masalah anak seoffering. Ku temukan Neza duduk di bangku paling belakang pojok kiri dengan wajah yang masih sama. Super santai. Nggak ada perasaan nyesel. Aku agak emosi. Rega di sampingku menyikut tanganku. “Ndre… lu ngelamun aja, ya.anak-anak udah pada diem tuh. “ Aku terkejut. Iya… lobi-melobi udah selesai. Aku menatap anak-anak offering yang juga mulai menatapku dengan tatapan segera minta konfirmasi. Aku mulai membuka kembali sesi tanya jawab. “Rapat pleno yang terhormat. Silakan mengemukakan pendapat Anda tentang kelompok yang akan dipilih. “ Anak-anak offering mengacungkan tangannya. “Menurut gue, Ndre mendingan kelompok Reza aja yang maju. Usul Madris mantap. Yang lain membetulkan argument Madris. “Ok tenang dulu. Baiklah kalau memang itu yang disepakati. Kalau begitu, gimana Reza?” Reza dan kelompoknya mengacungkan jempol tangannya. Akhirnya, hasil kesepakatan memilih kelompok Reza yang nggak rumit banget-banget alirannya. Masih nggak abstrak temanya. Dan ketika aku hampir mengakhiri sesi kesepakatan itu, tak sengaja mataku menatap Neza yang tadi duduk di belakang sana. Dia asyik mengangkat hpnya sambil akan meninggalkan forum. Darahku makin mendidih. “Neza!” Teriakanku mengagetkan sosok yang kusebut namanya. Bahkan seisi forum melongo meatapku. Api itu menyala di mataku. Neza menurunkan hp ditangannya. Sementara aku menunjuknya garang. “Anda jangan meninggalkan pleno ini sebelum di tutup. Dimana sopan santun Anda sebagai pemilik offering?’ Anak-anak masih diam menatapku. Ada yang mukanya mulai ketakutan. Terutama yang cewek-cewek. “Ndre… lu jangan emosi dong. Biasa kacau. Ni masalah lu ama Neza. Aku melotot ke arah Rega. “Kata siapa ini masalahku sama Neza doank? Ini sudah melebar sampai ke offering. Tahu siapa yang dirugikan sekarang? “ Semua mata sekarang menatap Neza. Kata-kataku sengaja ku keraskan biar anak-anak offering tahu duduk permasalahannya. “Neza sudah mengecewakan banyak pihak.Seoffering.” Semua mata masih menatap aku dan Neza tak berkedip. Aku segera menguasai keadaan. Ku tenangkan forum dengan kata-kataku. Kuakhiri pleno itu meski dengan hati masih menyimpan dongkol pada Neza. Rega dan Bagus yang menemaniku membereskan meja rapat menepuk pundakku menenangkan. “Sabar, Ndre. Kita semua tahu kemarahan lu itu beralasan. Tapi lu harus jaga nama offering kita. Lu musti tahan emosi lu sesaat. Kalau nggak… gue takut anak offering lain malah tahu masalah ini.” Aku menggeleng pelan. Sabar? Kurang apa coba? Ah! Saat emosi seperti ini aku emang nggak kepengin ketemu mahluk itu. Mendingan ku tenangkan dulu pikiranku di café tungku untuk sekedar minum segelas kopi kental manis panas. Belum sempat aku mauk café, di pintu café kulihat mahluk menyebalkan Neza. Aku hampir balik kanan kalau dia tidak bilang “Ndre, aku mau confirm yang taadi.” Aku diam tak menyambut kalimat pintanya. Neza mencegahku yang hampir tak mempedulikannya meninggalkan café. “Ndre, gue mau ngomong. Penting.” Aku hanya menayambutnya dingin. Kalau tidak dilihat semua penghuni café, mungkin saja aku akan langsung meninggalkannya pergi dari situ. Kami bicara di dekat mading fakultas yang sepi. Neza menjelaskan apa yang membuatnya tadi harus menelpon saat pleno. Aku menunggunya menjelaskan kenapa ia tak menyampaikan kabar peralihan pengumuman HMJ tentang aliran drama yang harus dikirimkan untuk membuka festival teater sekolah. Aku menunggu kalimatnya menyatakan apa. Tapi yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata pembelaan tentang ketidak konsentrasiannya di pleno tadi. Lama-lama aku jengkel juga. Ia tak bicara apapun tentang pengumuman yang tak ia sampaikan ke aku atau anak-anak offering. “Za, gue nunggu lu bicara tentang pengumuman HMJ yang berubah tadi pagi. Gue mau lu jelasin ke gue kenapa lu nggak nyampein ke anak-anak.” Neza sedikit kaget. Aku tersenyum sinis memandangnya yang mulai sedikit kebingungan menyampaikan pembelaannya yang menurutku lebih basi lagi. “Apa yang mau lu katakan?” Tanyaku mulai tinggi. Neza terdiam sesaat. “Aku lupa, Ndre.” Astaghfirullah! Apakah itu alasan? Anak kecil saja tahu itu alasan murahan yang paling aman. “Maksud lu? Lupa? Ini kepentingan siapa, Za? Lu tahu, anak-anak tadi siang sebelum pleno sudah rapat kecil membahas itu. Tanpa tahu perubahan pengumuman. Dan kamu seenaknya bilang… lupa?! Gimana gue nggak emosi?” Neza sedikit takut. Tapi tatapan matanya masih penuh pembelaan. “Lupa itu manusiawi, Ndre. Lagian tahu gue pelupa, ngapain Imron nitip pesen ke gue.” Aku mengumpat dalam hati. “Andai Imron ketemu Rega atau Bagas, mungkin bukan kamu kali Za yang dititipin. Dan itupun kalau Imron tahu kamu nggak bertanggungjawab, nggak bakalan juga kasusnya begini.” Kataku melotot sambil meninggalkan Neza yang masih diam di tempatnya. Gontai langkahku menyusuri kampus yang mulai redup karena sudah sore. Rega yang berlari-lari ke arahku membuatku berhenti melangkah untuk menunggunya bersama-sama pulang. “Lu apain lagi, Ndre si Neza.” Aku tersenyum getir. “Biasalah ngadepin orang sakit emang musti sabar.” Gayaku sok bijaksana. Rega menggeleng-geleng pelan. “Lu bilang Neza sakit?” “Sakit jiwa.” Jawabku. Rega terbahak. Hari terus merayap tanpa kompromi, ketika semesterpun mulai merangkak naik bilangannya. Demikian juga offering yang sedikit demi sedikit meraih prestasi. Meski keringat dan air mata jiwa juga turut mengiringi perjuanganku memimpin offering. Meski Neza tetap menjadi Neza yang masih tak bergeming menjadi lebih baik pemikirannya. “Ndre, lu jadi kan ngajuin pendaftaran PPL semester ini?” Tanya anak-anak offering sore ini. “Pastilah. Besuk pagi langsung gue ajuin ke kantor PPL.” Anak-anak bergumam lega mendengar penjelasanku. Paginya dibantu Rega dan Bagas, aku ke kantor UPT PPL ngajuin pendaftaran PPL anak-anak semester ini. Kantor UPT PPL masih lengang. Kami bertiga bernafas lega, karena birokrasi tidak terlalu sulit. Belum ada satu jam menunggu, kami telah mengantongi izin PPL semester ini. Semua lancar. KAmi bertiga menghela nafas lega. Demikian ketika kami umumkan ke anak-anak offering. Mereka menyambut dengan gembira. Aku melangkah lega di koridor kampus yang mulai ramai anak-anak masuk kuliah pagi. “Ndre… ngopi, yuk.” Ajak anak-anak desain grafis teman-temanku di BEM. Aku mengikuti mereka. Meskipun Cuma nongkrong, kami kadang sharing membahas masalah offering, kuliah, jurusan, dan apapun peristiwa di kampus yang bisa jadi bahan obrolan dan sharing. Kalau Mahrus nggak membahas Neza, mungkin aku malas bicara tentang mahluk menyebalkan dan menjengkelkan itu. “Neza kena kasus lagi, Bro. Kemarin gue lihat dia di damprat dosen pendidikan. Gue aja ampe gemeter dengernya. Kebetulan gue lagi konsultasi tugas ke dosen gue yang ruangannya bersebelahan ama dosen pendidikan.” Aku menatap Mahrus tak percaya. “Neza?” Mahrus mengangguk. Aku langsung mengambil kesimpulan. Neza kuliah kemarin memang banyak alpanya, banyak telatnya, dan banyak kerjaannya yang nggak beres. Dalam hati aku kasihan juga. Tapi, aku hanya bisa bersyukur karena teguran keras dosen mungkin akan sedikit mengubah perilakunya. Neza… cewek yang aneh. Hhh.. Seminggu kemudian, anak-anak offering menerima kepastian tanggal dan tempat PPL. Praktik Pengalaman Lapangan yang menjadi kuliah praktik kami sesungguhnya. Inilah saat yang kami tunggu, karena PPL akan banyak membuat kami berpengalaman terutama mengajar dan menyusun perangkat pembelajaran. Papan pengumuman yang ramai anak-anak offeringku dan beberapa offering lain membuatku rela menunggu mereka. Aku harus sabar. Katanya, pemimpin harus mendahulukan yang dipimpin. Betapa keringatku mulai deras mengalir siang terik itu menanti pengumuman lanjutan dari UPT PPL yang masih ada selembar lagi belum di tempel. Namaku belum muncul di pengumuman yang ditempel tadi. Nyaliku langsung ciut, bagitu aku tak menemukan namaku di lembar terakhir pengumuman UPT PPL. Aku langsung meluncur ke dalam ruangan administrasi yang kudatangi seminggu yang lalu. Petugas disana mengecek lagi nama-nama pendaftar dari offeringku. “Saya udah daftar bareng anak-anak se offering, Bu. Devandra Andrean Putra.” Jelasku sambil berharap namaku lupa dicantumkan. “Maaf nama anda memang ada di formulir pendaftaran. Tapi satu yang kurang kemarin. Surat pernyataan orang tua belum disertakan.” Aku tersenyum getir. “Saya sudah bilang ke ibu yang menerima formulir. Orang tua saya belum bisa tanda tangan. Di fax kesini secepatnya. Semua di luar kota tugas dinas. Katanya nggak ada masalah kemarin.” Petugas itu menelpon sebentar ke pesawat lain. Aku menunggunya dengan harap-harap cemas. “Anda sudah kami beritahu. Fax yang masuk sudah ada. Tinggal paraf anda saja tiga hari yang lalu. Kami tunggu Anda tak kesini. Kami belum Acc kan ke kepala UPT PPL. Beliau ke luar kota selama tiga hari.” Aku masih berharap dalam tiga hari ke depan. “Bu, saya masih bisa kan PPL semester ini? Saya sudah memenuhi persyaratannya, kan?” “Maaf, Anda terlambat. Kalau tiga hari yang lalu Anda datang kami akan usahakan ke sekolah yang menjadi link kita. Kalau tiga hari lagi izin lebih sulit. Kami mohon anda mengerti dan ikut PPL semester pendek saja.” Lemaslah seluruh sendi-sendiku. Kenapa harus aku? Aku masih penasaran. “Tapi saya nggak merasa dihubungi, Bu.” Petugas itu menunjukkan copyan memo yang dikirimkan padaku. “Kami menitipkannya pada rekan Anda seoffering.” Aku masih penasaran. Se offering? Siapa? Kalau ada kabar, anak-anak biasanya langsung menghubungiku secepat kilat. Aku melangkah gontai. Kuurus hari ini pun nggak bakalan kelar. Kepala UPT PPL sedang dinas luar sampai lusa. Aku menelpon Rega dan Bagas. Mereka masih ada di ruang kuliah pagi tadi bersama anak-anak yang juga lagi ngerjain tugas bareng-bareng. Aku meluncur ke kelas tempat anak-anak masih berkumpul. Berharap mereka ada yang tahu tentang memo untukku dari UPT PPL. Sampai di kelas yang ramai itu, aku langsung tanya dari depan kelas. Mereka menggeleng kuat tak mengerti. Ada satu yang nggak ada di kelas. Hanya Neza. Aku sebenarnya nggak akan berburuk sangka pada Neza, kalau Irma tidak bilang bahwa dia melihat Neza tiga hari yang lalu masuk ruang UPT PPL karena menemui dosen. Aku langsung calling Neza. Kemarahanku menjadi-jadi. Rega dan Bagas yang biasanya ngademin hati, tak bisa lagi menghiburku. Ini hidup matiku di kampus. Apa jadinya kalau aku nggak PPL semester ini? Lulusku pasti akan lebih lama. Neza yang kuhubungi tak mengangkat telponnya. Aku makin naik darah. Dengan masih emosi, aku meluncur ke kostan Neza. Apa yang kudapati? Kostan Neza ternyata ramai sekali. Salah satu penghuni kost kutanyai mengenai Neza. Dia tak menjawab, malah air matanya turun deras tak tertahan. Aku makin penasaran. Seorang penghuni kost yang agaknya lebih tegar menjelaskan “Neza… dia sudah…tiada barusan. Kami baru dapat kabar dari rumah sakit.” What? Neza? Tiada? Aku masih mematung di tempatku tak bergeming. Neza kenapa? Sampai seseorang memberitahuku bahwa sejam lalu Neza kecelakaan pas akan berangkat ke kampus. Temannya membawanya ke rumah sakit. Motornya rusak parah tertabrak mobil. Neza yang terburu-buru karena takut telat kuliah itu tak bisa kendalikan laju motornya. Aku lemas ditempatku. Bahkan sampai Neza tiada, dia menyisakan kesulitan untukku. Bagaimana nasibku PPL? BAgaimana? Aku hanya diam masih tak percaya. Entah berduka atau emosikah aku? Neza… !************** Tersinggunglah Bro! Cerpen yang ini memang menjengkelkan! Tx to : - My classmates (Faculty of Art offering A UM PBSI 2002) Jangan sampai Anda mengalaminya. Menyakitkan sekali. Maka, tersinggunglah saja cukup!

Kantor Bernuansa Pedesaan, Tonjolkan Suasana Alam

Pengantar Mengapa banyak kantor memiliki konsep ruangan yang sama? Di German Centre, BSD Tangerang, ada kantor bernuansa pedesaan yang menonjolkan suasana alam. Namanya Sigma, perusahaan softare yang memberi layanan electronic data processing pada lebih 50-an bank. KOMPAS Jumat, 13 Jun 2003 Halaman: 35 Penulis: ksp KANTOR BERNUANSA PEDESAAN, TONJOLKAN SUASANA ALAM DESAIN kantor di gedung- gedung tinggi kerap mengacu pada standar internasional. Steril, bersih, dan mengilap. Karyawan dikotak- kotakkan pada satu meja dengan batas pemisah yang tegas. Sementara pimpinan kantor memiliki ruangan tersendiri yang lebih luas dan mewah dengan penjagaan keamanan berlapis. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang software, satu di antara banyak perusahaan yang menepikan hierarki atasan-bawahan. Perusahaan yang membuka kantornya di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang, ini mengedepankan unsur alam pada desain kantornya yang asri. Mereka yang baru kali pertama menginjakkan kaki di kantor seluas 2.000 meter persegi tersebut seakan tak percaya, sebuah kantor yang berbasis teknologi canggih yang memberikan pelayanan electronic data processing (EDP) pada hampir 50 bank, dengan kreatif memilih desain bernuansa pedesaan Jawa Barat yang menonjolkan suasana alam. “Dari sebuah desa, bisa ditemukan suasana kekeluargaan, gotong royong, kemurnian, dan keluguan. Unsur-unsur ini penting untuk dikembangkan menjadi semacam jiwa sebuah keluarga besar,” kata Eddy Sugiri (51), Direktur Sigma, pekan lalu. Pemilihan desain suasana pedesaan pada kantor ini dilakukan oleh pimpinan, staf, dan karyawan melalui proses kreatif. Semua sepakat perlunya kembali ke alam agar tercipta perasaan bebas dan damai, yang pada gilirannya membuka keinginan berkontemplasi. Dari sini muncul kesadaran yang membawa segenap karyawan menjadi lebih bernilai. Filosofi inilah yang dikembangkan di Sigma. Dengan desain interior kantor seperti ini, tak ada garis hierarki atasan-bawahan yang menyolok. Setiap karyawan bebas menggunakan komputer di meja mana saja untuk melakukan pekerjaan mereka. “Siapa yang punya leadership, dia yang tampil di depan,” kata Eddy Sugiri, yang mendirikan Sigma bersama saudara kandungnya, Totok Sugiri (50). Kantor yang paperless, tidak menggunakan kertas, ini mengutamakan komunikasi dengan web, menggunakan laptop, dan komputer. Interior kantor yang khas seperti ini menghilangkan hambatan karena karyawan bisa bertemu dan berkomunikasi dengan pimpinan kapan saja. Tak ada kesan karyawan “menghadap” pimpinan yang berada di ruangan tersendiri. Desain suasana pedesaan Jawa Barat dengan musik tradisional degung Sunda ini mencerminkan sifat kesederhanaan, tata krama yang sopan, dan nilai kegotongroyongan. “Ini semua menjadi nilai tambah. Suasana seperti ini membuat karyawan betah di kantor. Saya tidak melihat karyawan yang bergegas membereskan meja dan buru-buru ingin pulang,” kata Eddy, arsitek lulusan universitas di Aachen, Jerman. Ada pertanyaan, apakah suasana kantor seperti ini membuat karyawan mengantuk? “Kalau mengantuk, ya tidur saja asal pekerjaan beres,” sahutnya. Eddy memilih desain pedesaan yang mengutamakan unsur kayu, batu, batu bata, juga menghadirkan lampu tradisional dan boboko. Penggunaan bahan-bahan material lokal ini malah membuat biaya lebih murah separuh dibandingkan dengan desain kantor pada umumnya. Jika banyak perusahaan berpikir seperti dilakukan perusahaan ini, dampaknya baik bagi ekonomi rakyat. Satu hal yang unik adalah kantor ini memiliki kantin makanan, di mana anggota keluarga pun bisa diajak makan bersama di kantin itu. Harga makanan disubsidi perusahaan sehingga harganya relatif murah. “Konsep ini sebenarnya ingin menonjolkan nilai-nilai keluarga yang tak boleh hilang. Jika keluarga bahagia dan sejahtera, produktivitas pun akan naik,” jelasnya. Eddy Sugiri mengaku terinspirasi oleh desainer interior Erwin H yang memperkenalkan desain perkantoran yang memiliki cluster individual, namun memiliki kebebasan membawa akuarium dan kandang burung. Dari sinilah inspirasi berkembang. Eddy Sugiri dan adiknya, Totok Sugiri, yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, ini memiliki kerinduan akan suasana pedesaan dan kerinduan itu diwujudkannya pada desain kantor mereka. Mereka membuat terobosan baru dalam desain interior kantor. (KSP) Foto: 3 Kompas/Robert Adhi KSP 1.SUSANA PEDESAAN DI KANTOR BERBASIS TEKNOLOGI CANGGIH – Kantor Sigma yang berbasis teknologi canggih ini menonjolkan alam pedesaan di kantornya. Tampak batu bata dan boboko yang menonjol. 2.KANTOR BERDESAIN PEDESAAN – Inilah dua ruangan di kantor yang bersuasana pedesaan (atas dan bawah). Pemilihan desain suasana pedesaan pada kantor ini dilakukan oleh pimpinan, staf, dan karyawan melalui proses kreatif. Semua sepakat perlunya kembali ke alam agar tercipta perasaan bebas dan damai, yang pada gilirannya membuka keinginan berkontemplasi. Kompas/Robert Adhi ksp LINK TERKAIT http://www.sigma.co.id

Rabu, 14 Maret 2012

Ahli Hukum: Seret Pelaku Pencurian Pulsa, Gunakan UU Pencucian Uang Andi Saputra - detikNews Kamis, 15/03/2012 08:40 WIB Jakarta Polisi telah menetapkan 3 tersangka dalam kasus pencurian uang. Namun melihat jumlah uang yang sangat besar, maka diduga aliran uang haram tersebut telah mengalir kemana-mana, tidak mungkin jika uang tersebut hanya dinikmati bertiga. Ahli pidana pencucian uang, Yenti Garnasih mendesak polisi penggunaakan UU Pencucian Uang untuk mengungkap siapa saja yang menikmati uang kharam tersebut. ‎ ​"Ya sangat bisa menggunakan UU Pencucian Uang kalau hasilnya ternyata mengalir kemana mana,"kata Yenti saat berbincang dengan detikcom, Kamis (15/3/2012). Apalagi kasus pencurian merupakan lahan utama dalam kasus pencucian uang. Yaitu setelah uang digarong, lantas ramai-ramai pencuri mencuci uangnya dengan mengalirkan ke berbagai pihak/bisnis. Hingga uang tersebut menjadi uang legal. "Pencurian adalah predicate offensenya money laundring. Kejahatan utama yang menghasilkan uang triliunan dan kemudian di laundering," papar akademisi Kampus Trisakti ini. Sehingga, dengan banyaknya uang yang digarong, UU Pencucian Uang sangat tepat diberlakukan untuk mengungkap siapa saja yang menerima dana hasil pencurian pulsa tersebut. "Tidak mungkin tidak ada money laundringnya , kan uang masuk rekening kalau berasal dari hasil pencurian ya kena UU Pencucian Uang," kata Yenti menegaskan. "Tidak hanya dari korupsi tapi dari kejahatan apa saja yang menghasilkan uang termasuk pencurian, bisa digunakan UU Pencucian Uan,"beber Yenti geram. Seperti diketahui, Bareskrim Mabes Polri telah menetapkan tiga tersangka terkait kasus pencurian pulsa. Dirut PT Media Play dengan inisial WMH dan Dirut PT Colibri dengan inisial NHB. Satunya lagi dari VP Digital Music and Content Management Telkomsel dengan inisial KP. KP sendiri dijerat pasal 62 jo pasal 9 UU 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pasal 28 jo psl 45 UU 11 tahun 2008 tentang ITE, dan Pasal 362 dan 378 KUHP. (asp/fjr)

ELEGI dan KENANGAN

Andai bisa ku ulang waktu
Menemani guratan sepi saat lalu
Membayang kembali merahnya luka
membara lagi gelisahnya ego
Membuncah seperti aliran darah yang tak terdeteksi pembuluh
mencuat serangkaian nyeri

Aku seperti terhenti
Melangkahpun aku tak sanggup
Kala senja di depanku menyala berpendar tak berkawan

O.... hari...
Seperti kawanan burung-burung yang kehilangan arah...
Kualiri jalan setapak penuh senyap...

Andai masih bisa kuartikan ini 
Sebagai nyeri karena patah hati...

Tapi aku tak patah hati...
Aku hanya merasa sakit yang sangat alami

Melihat keindahan di sana yang bukan lagi milikku
Menjadi seperti buklet yang tanpa bunga... sementara di buklet yang lain tersusun indah sebuah rangkaian kembang

Aku bukan terpuruk karena keadaan
Aku bukan menyesali waktu yang tak mundur...
Tapi hanya rangkaian kisah yang belum bisa ku mengerti...
Mengapa harus ku alami...

Sementara semua kisah itu menuntutku pergi.... berlalu...........
Tak menyisakan kemanusiaan hakiki...
Bahkan hatiku di lempar sejauh-jauhnya....
Bahkan hayal dan mimpiku di buang entah kemana

Aku hanya ingin tahu....
Seberapa getirnya aku jika tahu ini....
Sebelum semuanya terjadi...
Bahkan mungkin aku tak akan mencoba mengalaminya meski sebentar...

Tuhan...
Kau begitu adil menempatkan semuanya di akhir....
Aku terluka...
Masih memerah meski telah coba ku keringkan dengan waktu
-Kau membuatku jatuh...
tapi tidak mati...
-Kau membuatkan istana
Tapi kau lepas tahtaku 
-Kau telah membuatkan luka alami, nyeri,....
Tapi aku banyak belajar mengobatinya
Dengan luka itu...
-Kau ciptakan kekuatan dan ketegaran jiwa
Dengan luka itu
-Kau coba kenalkan aku dengan rangkaian senyum yang tulus

Tuhan...
Aku hanya bahagia jika melihat dari jauh kebahagiaan itu di matanya...
Doaku...
Berikan aku kekuatan 
Berikan aku ketegaran
Meski aku selalu memasrahkan skenario ini pada Mu.

 

KPK Bisa Buka Lagi Kasus Suap Libatkan Muhaimin

Selasa, 13 Maret 2012 12:55 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa membuka penyelidikan atau penyidikan baru dalam kasus suap program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi (PPIDT) . Terutama terkait tuntutan terdakwa Dadong Irbarelawan yang menyebutkan bahwa uang suap Rp 1,5 miliar diperuntukkan bagi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar.

"Bisa penyidikan, bisa penyelidikan. Tetapi, nanti kita evaluasi kembali," kata Wakil Ketua KPK, Zulkarnain saat dihubungi . Selasa (13/3).

Zulkarnain mengatakan, informasi mengenai dugaan keterlibatan Muhaimin akan menjadi masukan bagi KPK untuk menyelidiki kasus suap tersebut lebih lanjut. Apalagi, fakta tersebut terungkap dalam persidangan.

Namun, Zulkarnaen mengatakan informasi tersebut akan dievaluasi terlebih dahulu terkait fakta-fakta dan bukti-bukti yang ditemukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).

"Nanti kita evaluasi kembali fakta-fakta dan bukti-bukti apa yang ditemukan oleh JPU. Dari JPU akan kontak dengan penyidik dan penyelidik," katanya.

Sebelumnya, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, proses penanganan kasus ini tidak terhenti kepada tiga terdakwa. Ada kemungkinan, masih ada pihak-pihak yang masih bisa dijadikan tersangka. "Kemungkinan itu ada. Tentunya harus ada dua alat bukti yang saling mendukung," kata Johan beberapa waktu lalu.
Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Reporter: Muhammad Hafil

Selasa, 13 Maret 2012

Bagaimana bentuk media belajar yang meneyenangkan

Kita mengenal strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
Salah satu prinsip PAKEM yang menurut saya bisa merangsang minat belajar siswa adalah ‘media yang asyik’.

Saya memandang media sebagai sumber belajar yang nantinya akan dikembangkan sendiri oleh siswa, sebagai sebuah bentuk konkrit berupa soal yang dikemas dalam wadah menyenangkan.

Selama ini, kita mengenal soal latihan untuk siswa adalah dalam bentuk essay, pigan, atau games sederhana. Sementara itu, siswa sebenarnya akan lebih tertarik apabila kita memerikan games sederhana. Games itu bisa berupa gerak motorik atau mengisi tabel. Selama ini, tabel sering kali hanya berupa bentuk memanjang atau melebar dengan beberapa kolom. Tidakkah terfikir dalam benak kita, bahwa ada sebuah tabel silang yang sering kita sebut dengan teka-teki silang?
Kelebihan Bentuk Soal Teka-teki 

1.Bentuk tabel yang diisi tidak monoton seperti tabel pada umumnya yang hanya berupa kolom-kolom melebar atau memanjang.
2.Soal bisa berupa pernyataan (sinonim kata/istilah, akronim atau singkatan, lawan kata, dsb.) atau pertanyaan.
3.Siswa bisa menjawab soal dengan berpedonam pada soal yang lain (rangkaian jawaban saling berkaitan huruf), sehingga huruf-huruf yang telah diisikan pada kolom akan membantu menebak jawaban kolom yang bersilangan.
4.Jumlah kolom menentukan jawaban soal (Siswa bisa mencoba-coba menjawab soal dengan memikirkan beberapa alternatif jawaban yang berjumlah huruf sesuai kolom yang diisi).
5.Dengan beberapa alternatif jawaban yang difikirkan siswa, ia akan lebih mampu berfikir dinamis
6.Jawaban yang diinginkan tidak akan meleset atau salah apabila siswa mengisi semua pertanyaan dengan benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam  menyusun dan meneapkan soal bentuk teka-teki silangteka-teki silang

Kita harus mempersiapkan media dengan teliti, disertai kunci jawaban yang valid, dan tidak melakukan kesalahan melukiskan kolom (tidak lebih dan tidak kurang).
2. Sebaiknya teka-teki silang dibuat  dengan satu tema.
3. Hindari banyak soal yang hanya melanjutkan (teks rumpang) atau menebak singkatan dengan soal kepanjangan dari singkatan itu.
4. Sebelum mengisi teka-teki, sebaiknya siswa membaca dahulu bacaan atau materi yang berkaitan dengan tema teka-teki silang (membaca tidak harus diberikan teks, tetapi mungkin siswa diminta mencari sendiri bacaan yang berkaitan atau mempelajari sendiri hal-hal yang berkaitan dengan soal di luar jam belajar).
5. Sebaiknya teka-teki bisa dijawab semua oleh siswa, oleh karena itu soal harus dibuat secara bertahap (mengisi teka-teki silang dengan intensitas jawaban mudah, agak sulit, lalu sulit).
6. Jangan segan-segan untuk memberikan soal berkali-kali sebagai selingan belajar, supaya siswa terbiasa (tidak lagi merasa sangat kesulitan menjawab soal).

Dengan menggunakan media belajar berbentuk soal teka-teki silang, siswa akan melewati beberapa tahap kognitif dan apresiatif istilah

Aspek kognitif yang bisa dicapai
-Mengingat (merekognisi ulang apa yang telh dipelajarinya berhubungan dengan soal yang ada)
-Memahami (soal teka-teki silang)
Apresiatif istilah bisa dilakukan siswa
-Siswa mencoba memahami soal, mencari jawaban yang sesuai dengan beberapa alternatif jawaban (mengingat soal teka-teki mengacu pada kolom-kolom yang bersilangan, maka istilah-istilah lebih banyak dimunculkan disana)

Anda percaya bahwa teka-teki silang adalah salah satu media belajar yang menyenangkan?

SELAMAT MENCOBA!