Kamis, 15 Maret 2012

Naskah Drama

GEMURUH DI NEGERI KALDERA Seorang penari (latar siluet) sedang menarikan kisah pilu. (Iringan tembang ‘pangkur’) Babak 1 ……………… Setting sebuah ruangan dengan cahaya lentera kecil di atas meja kecil. Sebuah ruangan tempat meetingnya para anggota partai ‘KELINGKING’ itu sedang dipenuhi para aktivis partai yang terlihat sangat loyal. Mereka duduk bersila membentuk setengah lingkaran dengan pusat seorang orator perempuan berbaju kumal dan bersepatu both tinggi bekas di kakinya. Ia sedang berorasi dengan sangat menggebu-gebu. Orator Perempuan :”Saudara-saudara! Sudah puluhan tahun bahkan mulai nenek moyang kita…. Kita semua dianggap rendahan. Manusia dibalik terpal bocor yang tidur numpang pondasi pagar para bangsawan. Kita miskin! (Semua yang diruangan menunduk sedih bahkan ada yang menjambak rambutnya sendiri). Orator Perempuan : “Tapi kita terlihat sangat cekatan…(Tangannya mengepal di depan muka seorang aktivis laki-laki). Kita terlihat romantis dengan air-air comberan, dengan sampah-sampah di dalam tong besar. Bahkan para nelayan dan petani semuanya mendukung kita.” (Wajah para aktivis berubah tersenyum). Pedagang sayur : “Sayuranku ditunggu para pembokat di rumah real estate itu. (Tertawa ganjen) Pemulung : “Sampah mereka bersih aku punguti. Bahkan belatungnya nyaris pergi dari selokan mereka.” Petani : “Tanpa aku, mereka makan batu sepertinya (tertawa meremehkan). Sebagian aktivis : “KITA SEMUA PALING BERJASA…!”(Berdiri ke tengah panggung) Pemulung : Setuju! Petani : “ya Setuju!” Orator Perempuan : “Tunggu!” (Menahan luapan kegembiraan anggota partai) Semua aktivis : (Ekspresi tidak mengerti) Orator Perempuan : “Kalian terlalu terburu-buru…kalian terlalu bangga pada kemiskinan kalian. Ingat… kita tetap rendah. Mayoritas tapi statis!” Petani : “Kita kan mayoritas. Dimana-mana pasti paling besar peranannya.” Orator Perempuan : “Kalian terlalu bangga pada kemiskinan kalian. Bahkan kalian bangga sekali ditindas penguasa negeri sebrang .” Pedagang Sayur ; (Tidak mengerti)” Oh ya? Benarkah kami dijajah?” Orator perempuan : “Kau di jajah, nyonya tukang sayur. Sayuranmu dibeli mereka untuk makan anjing-anjing kelaparan di rumahnya. Sementara mereka majikannya makan buah dan sayur yang segar kena AC Super market. Mereka lebih percaya bau AC yang nonorganik itu daripada bau ulat buah-buahan di keranjangmu itu.” Pedagang Sayur : (Menunduk sedih) Petani : “Tapi aku menanam padi untuk mereka!”(Bangga) Orator Perempuan : (Mencibir)”Kau tak sadar Tuan Petani. Mereka membeli beras impor yang wangi itu dari negeri seberang. Mereka lebih menikmati kelezatan beras impor yang wangi dan lebih bulat itu disbanding berasmu yang pulen tapi warnanya begitu usang.” Pemulung : “tapi aku membantu membersihkan sampah mereka…” Orator Perempuan : “Kau makan sisa-sisa mereka. Kau dilecehkan tuan Pemulung. Kau dianggap anjing liar di luar pagar rumah mereka. (tertawamembahana). Pemulung : (kembali duduk dengan roman muka sedih) Aktivis : “Lalu apa yang harus kita perbuat?” Orator Perempuan : (Tersenyum)”Kita perlu berfikir untuk mengalahkan mereka di pesta pilihan ‘dewan pemimpin’ nanti. Ayo kita susun strategi.” Tergopoh-gopoh datang seorang lelaki berjubah hitam-hitam Lelaki : “Tolong saya nyonya.” Orator perempuan : “Hei… siapa kamu?Kamu datang tiba-tiba. Lalu minta tolong. Apa yang terjadi?” Lelaki : “Saya disiksa kaum borjuis itu! Saya ingin berlindung disini.” Orator Perempuan : “Duduklah. Bergabunglah dengan kami.” Lelaki : (Duduk bersila bergabung dengan aktivis lain) Orator Perempuan : “Kita lanjutkan rencana kita. Kita susun strategi. Kita harus tahu kelemahan Mereka. Jadi….” (Tangannya menunjuk semua aktivis) Tiba-tiba datang perempuan cantik yang seksi melenggak-lenggok tapi menor si ‘Unyil’ pelacur murahan. Pemulung : “hei…! Kau telat… manis.” (Menyapa) Unyil : “Aku dari Real Estate sebelah. Aku dengar mereka membicarakan Pesta negeri kita.” Orator Perempuan : “Ohya? Apa yang kau dengar? Kita sedang menunggu sesuatu yang penting dari mereka.” Unyil : (Dengan gaya dibuat-buat)”Aku tak mendengar banyak dari mereka. Yang kudengar hanya kata ‘miskin mereka’ dan ‘impossible’ selebihnya aku hanya mendengar suara dengkuran yang tak teratur di sampingku.” Para aktivis : “Hhhh… payah kau…!” Orator Perempuan : “Tunggu. Aku menemukan cara. Dari ucapan si Unyil, aku tahu apa yang harus kita lakukan sekarang. Kita perlu….mata-mata.” Aktivis : “Maksudmu?” Orator Perempuan : (Memandangi satu-satu para aktivis) “Diantara kalian harus ada yang pura-pura menjadi mereka. “ Pemulung : “Penyusup…ha ha ha (Terbahak). Tapi siapa?” (Ekspresi tak mengerti) Orator Perempuan : “Aku ingin satu diantara kalian.” (Aktivis saling berpandangan. Lalu saling menunjuk dan terjadilah kegaduhan luar biasa) (Kitaro Saigon Reunion) Orator Perempuan : “Stoooooopppp! “ (Semua diam) Orator perempuan : “Kalau tak ada diantara kalian…. Maka nasib kita di negeri Kaldera ini akan ‘mampus’ (Ekspresi menggorok leher). Terserah…. Kau Nyonya Pedagang, Kau… Tuan Pemulung dan tuan Petani, serta Kau Manis….kau akan tergeletak dahaga di tengah tandusnya Kaldera. Dan lama-lama kalian akan…. Mati.” Lelaki : “Tidakkkk! Aku yang akan kesana!” (Aktivis bertepuk tangan riuh) Panggung Gelap Babak 2 (Akustik lagu ) Partai ‘Jempol’ sedang berunding di sebuah ruangan mewah. Pakaian mereka glamour, make up elegant, dan para wanita memegang kipas. Orator Jempol : (Duduk di tengah hadirin dengan gaya orang borjuis)”Akhirnya kita bertemu lagi….Ciiinnn” Pengusaha : (Membetulkan dasinya)”Oh… tentu. Hari ini kita rapat sambil berpesta pora. Aku sudah membawakan makanan lezat dari negeri sebrang. Anggur yang nikmat dari Asia Timur. “ Orator Jempol :” Kita akan menjadi raja di pesta Kaldera nanti. Tentunya kita yang akan menentukan masa depan Kaldera. Siapa lagi kalau bukan kita yang terhormat ini?” (seluruh hadirin bertepuk tangan) Orator Jempol : “Tuan dan Nyonya…. Kita akan mengangkat seorang pemimpin dari kalangan kita. Tentunya yang paling kaya diantara kita… jadi… menjamin masa depan kita semua…” Wanita 1 : “Oh… tentu. Bagaimana caranya kita menentukan siapa yang paling kaya?” Orator Jempol : (Tersenyum)”Gampangggg…. Kita lihat saja siapa yang bisa menawar paling tinggi kotak perhiasanku ini.” (Memegang sebuah kotak gold) Wanita 2 : “baiklah… kita mulai saja!” (Hadirin berdiri). Orator Jempol : “Ehm… dimulai dari Anda…. Pengusaha.” Pengusaha : (Tertawa membahana)”Aku paling tinggi…. 100 juta.” Wanita 1 : (Berfikir) “Ah… kau membuka harga terlalu rendah. Bagaimana kalau 500 Juta saja?” (Tersenyum penuh kemenangan, sementara pengusaha menggeleng tak percaya) Wanita 2 : (Penuh percaya diri berkata)”Kalian ini orang kaya macam apa? Bagaimana dengan 1 M. Itu nilai yang terlalu kecil bagiku.” Pengusaha dan Wanita 1 : (Berpaling dari wanita 2)” Ah…!” Orator Jempol : “Rupanya Anda semua pandai menawar perhiasan ini. Tapi saya pikir… tahta lebih penting dari uang yang Anda sebutkan, kan?” (Hadirin mengangguk-angguk). Orator Jempol : “Baiklah… saya akan memilih Anda tapi nanti dulu… kita pesta dulu…” Tiba-tiba datang lelaki berjubah hitam. Lelaki : “Kalau menurut kalian tahta itu penting… aku akan membayarnya 5 M.” (Semua terpana. Kaget dan geram) Orator Jempol : “Kau siapa? Berani kau memasuki kemewahan pesta kami…” Lelaki : (Tertawa membahana)”Aku orang terkaya di Kaldera ini. Apa kalian buta? Aku penguasa seluruh oase disini. Kalian minum dari oase-oaseku… menyewa setiap hari kereta-keretaku untuk mengangkut air minum kalian. Ha ha ha…” Orator jempol : (Mulai tersenyum ramah pada lelaki)”Oh… rupanya AndaTuan Milyader…Baiklah. Kita pesta dulu sebelum memilih siapa yang menduduki tahta kandidat pesta kaldera nanti.” Lelaki : “Tunggu. Sebelum mulut kita mengecap manisnya anggur, kita harus tahu dulu tantangan yang paling berat untuk kita di pesta nanti.” Orator Jempol : (Ternganga)” Aaa… apakah itu Tuan Milyader?” Lelaki : “Anda-anda ingin tahu?” (Semua hadirin) : “Tentu…” Lelaki : (Bicara agak bebisik)” Mereka… kaum mayoritas di luar akan membakar pesta Kaldera.” Semua Hadirin : “Apa?” Lelaki : “tenang…. Mereka orang-orang lemah… kita bikin mereka mabuk anggur di pesta nanti sebelum sempat menyalakan korek api..” Orator Jempol : (agak ketakutan)”Lalu apa yang harus kita lakukan?” Lelaki : “Ah… gampang kita suap mereka dengan uang saweran Anda-anda.” Pengusaha : “Berapa yang kita butuhkan?” (Sok kaya membuka dompetnya) Lelaki : (Terseyum) “Kalau perlu seluruh hartamu Tuan…Lalu Anda Nyonya-nyonya?” Wanita 1 : (Tersenyum sinis)”Aku tak bisa mengatakannya sekarang.” Lelaki : “kenapa Nyonya? Bukankah kau sudah untung berlipat dari skandal pembangunan dengan Tuan Pengusaha?” Wanita 2 : “Uang di rekeningku masih rahasia…” Lelaki : (terbahak)”Demi tahta… kau tak merelakan tumpukan emas di garasi rumahmu?” Orator Jempol : “Kita harus cari cara lagi supaya mereka tutup mulut.” Lelaki : “Betul… tapi bagimana caranya?” Pengusaha : “Kita jebloskan kandidat mereka di pesta sebagai tersangka skandal baru.” Lelaki : “Bagaimana kau tahu siapa kandidat mereka?” Orator Jempol : (Berfikir)”Sepertinya kita butuh mata-mata..” Hadirin berpandangan. Orator Jempol : “anda semua ada yang bersedia?” Pengusaha : “Tidak… aku najis bergaul dengan orang miskin macam mereka…” Wanita 1 : “menjijikkan…” Wanita 2 : “Kita sewa orang saja…” Orator jempol : “a… ide yang cemerlang. Tapi siapa? “ Lelaki : “Aku yang akan selidiki. Tapi jaminannya aku harus tangguhkan 5 M penawaranku. Itu upahku nanti.” Hadirin berfikir. Lalu mengangguk berat. Lelaki : “kalau perlu… kita habisi dia sebelum pesta.” Orator Jempol : “Bagus…. Sekarang kita saatnya berpesta pora…” Hadirin berdiri, tertawa-tawa dan meninggalkan stage. Babak 3 Pesta Kaldera Seluruh anggota partai Kelingking dan partai Jempol berkumpul di Stage. Membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Sementara itu satu kursi tahta pemimpin Kaldera di pajang di tengah-tengah stage. Orator Perempuan : “Rakyatku…. Kita akan bebas hari ini. Bebaaassss dari kungkungan pelecehan mereka.” Orator Jempol : “Saudaraku… kaum Jempol…. Kita akan tetap mengakui kemiskinan mereka. Kemelaratan yang lemah. Mana mungkin memimpin Kaldera ini? Kita tak mau kelaparan seperti riwayat buyut mereka…” Orator Perempuan : (Berbisik ke semua aktivis partainya)”Kita habisi mereka sekarang?” Aktivis Kelingking : “Ayo…” Mereka menyerang kaum Jempol. Sementara Kaum Jempol menghadang mereka dengan anggur-anggur di botol. Orator Jempol : “Minumlah dulu…. Nyonya Orator…kita akan bicarakan setelah minum…” Orator Perempuan : “Tidak… kau akan meracuniku. Aku tahu… kalian akan membunuhku.” Hadirin jempol terpana Orator Jempol : “Siapa yang mau membunuhmu manusia tak berguna? Justru kau yang berencana membakar pesta ini, kan?” Orator Perempuan : “Kau tak punya nyali…” Kedua partai saling mendorong. Sementara di depan mereka, lelaki berjubah hitam tertawa membahana Lelaki : “ha…. Ha… ha… inilah yang aku inginkan…. Aku pemenangnya…!” Semua orang tergeletak. Mati. Sementara lelaki berjubah hitam itu akan duduk di tahta Tiba-tiba datang seorang berbaju putih-putih, Tuan Kebijaksanaan Tuan Kebiujaksanaan : “Apa yang kau perbuat pada rakyat Kaldera? Tuan Provokator… kau licik.” Lelaki : “Hai….apa yang kau bicarakan? Berani kau menantangku?” Tuan Kebijaksanaan : “Tidak… aku tak menantang dan memihak siapapun. Tahukah kau… Tuan Provokator. Sebentar lagi kekeringan akan melanda Kaldera. Semua oase yang kau claim milikmu itu akan kering. Kau mau hidup dari darah serigala-serigala liar di negeri ini? Rakyat hampir mati semua.” Lelaki : “Jangan sok tahu…!” Tuan Kebijaksanaan : “Lihat saja… sebentar lagi real estate di Kaldera ini akan menjadi tempat berjualan para rakyat Kaldera. Mereka akan membentuk sebuah budaya baru yang elegan dan dinamis. Apa kau mampu menghidupkan rakyat yang mati itu? Padahal mereka asset berharga bagi Kaldera. Kau sudah membunuh jiwa mereka…” Lelaki : (Frustasi)”Jadi aka nada musim kering yang panjang?” Tuan Kebijaksanaan : “Ya…. Dan kita butuh tukang sayur, pedagang ,… kau sudah membunuh mereka…” Lelaki : (Memegang kepalanya dan mengacak-acak rambutnya) Tuan Kebijaksanaan : “Kau sudah kalah melawan hawa nafsu kekuasaan. Kau …. Kalah…!” Lelaki berlari seperti orang kesurupan. Dan Tuan Kebijaksanaan pun hampir pergi ke luar stage, tapi seluruh rakyat negeri KALDERA terbangun dari kematian merekalalu mengepalkan tangannya dan berkata serempak Seluruh Pemain : “Hidup Kebijaksanaan Hidup Pemimpin Kami! Hidup Negeri Kaldera! Seluruh pemain meninggalkan stage sambil menyanyikan lagu penutup. ############################################################### Gaudeamus igitur Juvenes dum sumus. Post jucundam juventutem Post molestam senectutem Nos habebit humus. Mari kita bersenang-senang Selagi masih muda. Setelah masa muda yang penuh keceriaan Setelah masa tua yang penuh kesukaran Tanah akan menguasai kita. Vivant et res publica et qui illam regit. Vivat nostra civitas, Maecenatum caritas Quae nos hic protegit. Hidup negaraku! Dan pemerintahannya Hidup kota kami! Dan kemurahan hati para dermawan Yang telah melindungi kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar